Rasa bangga terlihat dari raut wajah Pak Ade, saat memperlihatkan hasil panen buah nanas madu seberat 3 Kg. Ia adalah salah satu koordinator kelompok tani di Klaster Terpadu Indonesia Berdaya Dompet Dhuafa, di Desa Cirangkong, Kecamatan Cijambe, Subang-Jawa Barat. Pak Ade menceritakan bahwa semenjak Dompet Dhuafa datang, Ia dan para petani lokal menjadi lebih meningkat kemampuannya mengolah lahan dan semangat untuk bekerja. Padahal, awalnya dulu ia dan teman-temannya sudah patah semangat dan putus asa melihat lahan tidur dan liar di area tersebut.

Klaster Terpadu Indonesia Berdaya adalah salah satu dari program Wakaf Produktif Dompet Dhuafa dalam bidang ekonomi dan pemberdayaan petani. Program ini berada di atas lahan seluas 8Ha dan 5Ha nya sudah tertanam berbagai jenis buah-buahan seperti buah naga, nanas, pepaya, jambu kristal, dan terdapat juga peternakan domba. Sejak tahun 2016 hingga kini, sudah ada 30 orang petani diberdayakan yang berasal dari daerah setempat.

Tidak berhenti di aspek pemberdayaan petani lokal untuk mengolah lahan yang ada. Dompet Dhuafa juga mengembangkan industri olahan buah dan telah memberdayakan 15 orang ibu-ibu dari daerah setempat untuk mengupas dan mengolah nanas. Nantinya, nanas tersebut akan dijual dipasaran dalam bentuk minuman atau produk olahan lainnya seperti selai. Lokasi home industri ini tidak jauh dari lahan sehingga memudahkan akses dan proses produksi.

Keseriusan memberdayakan dan memandirikan masyarakat dhuafa menjadi fokus Dompet Dhuafa. Namun untuk mengeluarkan dari garis kemiskinan dan meningkatkan taraf ekonominya tidak cukup hanya sekedar memberi modal dan kailnya. Dompet Dhuafa juga memperhatikan aspek budaya, moral, dan nilai-nilai islam pada petani. Untuk itu, setiap ada pertemuan maka ada kajian yang diselipkan di dalamnya. Dalam hal ini ada pendamping khusus yang sehari-harinya mengontrol, membimbing, dan membina para petani yang ada.

Agung Kharisma adalah salah satunya. Sarjana lulusan pendidikan pertanian UPI tahun 2013 ini fokus pada pengembangan lahan Klaster Terpadu Indonesia Berdaya di Subang. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengbadiannya pada ummat melalui program Dompet Dhuafa yang memberdayakan para petani lokal ini.

Saat ini hasil panen dari Klaster Terpadu Indonesia Berdaya di Subang, sudah bisa dibeli di De Fresh, mini market milik Dompet Dhuafa yang berada di Jalan Raya Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Ikhtiar ini dilakukan untuk mendukung produk-produk hasil petani lokal dapat berkembang dan terus meningkat di pasaran.

Dengan adanya program wakaf produktif ini, harapannya akan banyak tanah wakaf di Indonesia yang belum terkelola dengan baik bisa lebih bermanfaat dan menghasilkan sumber-sumber ekonomi bagi masyarakat, khususnya dalam hal ini adalah para petani Indonesia.

Kamis (30/3) yang lalu, Perwakilan Kementrian Agama Republik Indonesia berkesempatan untuk mengunjungi Kebun Indonesia Berdaya di Cirangkong, Subang. H. Hamim, M.Ag Kasi Evaluasi Pendayagunaan LAZ Kemenag RI kagum dengan kebun buah naga dan peternakan yang berbasis wakaf yang dikelola oleh Dompet Dhuafa tersebut.

“Dalam hal wakaf produktif, nama Dompet Dhuafa sebagai nadzir sudah mulai berkibar. Kami dari Kementrian Agama sangat mengapresiasi kinerja dan komitmen Dompet Dhuafa dalam menjadi nadzir wakaf.” Ujar Hamim.

SUBANG — Perusahaan besar di tengah-tengah kota merupakan incaran mayoritas para pemuda untuk mengadu nasib dan keberuntungan. Dengan modal usia muda, kompetensi yang baik, dan fisik yang kuat, para pemuda banyak memilih untuk hidup dan bekerja di kota. Selain karena penghasilan yang menjanjikan, bekerja di kota, mendekatkan mereka kepada fasilitas kesehatan, hiburan, maupun pendidikan.

Namun, dari ribuan bahkan jutaan pemuda yang tergiur akan kilau perkotaan, ternyata masih ada pemuda yang tidak silau dengan gelimang kesempatan dan kemilau penghasilan di kota. Ya, ia adalah sosok Agung, ia memilih untuk menyingkir ke pinggiran kota dan membaur dengan petani. Menjadi penyuluh perkebunan buah naga dan nanas di Desa Cirangkong, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Tahun 2014, Agung, mendapatkan tugas untuk mengelola dan mendampingi program pengembangan perkebunan buah naga yang diwakafkan melalui Dompet Dhuafa. Lokasi perkebunan yang harus Agung dampingi jauh dari pusat Kota Subang dan keramaian. Di tengah-tengah desa yang sejuk, namun terpencil itu, Agung harus berjuang. Bukan saja mendampingi petani sesuai tugasnya, tetapi juga untuk bertahan hidup. Tugas yang ia emban antara lain membantu pembukaan lahan, budidaya buah naga, hingga ke pemasaran.

Tak mudah nyatanya untuk hidup di desa terpencil yang jauh dari keramaian. Untuk kebutuhan listrik saja, daerah tersebut masih sangat sering mengalami pemadaman.

“Pernah waktu itu di desa mati lampu sampai dua hari. Itu sangat menggangu sekali, karena saya juga harus komunikasi dengan teman-teman di Jakarta. Karena kalau di sini, listrik mati, maka otomatis sinyal handphone juga hilang. Jadi tiap pagi Saya harus keluar desa dulu, mencari sinyal. Ya sekalian jalan-jalan juga sih. Tapi ya capek juga harus bolak-balik seperti itu,” tutur Agung.

Tetapi hal tersebut bukan menjadikannya patah semangat. Bahkan kini Agung pun dipercaya pula untuk mendampingi program pemberdayaan perkebunan buah nanas Subang yang masih di area yang sama.

“Ada sih keinginan selintas untuk kerja di kota besar. Namun kembali lagi, saya merasa passion saya adalah di bidang ini, penyuluhan. Lagi pula saya merasa dengan menjadi penyuluh pertanian, dapat lebih bermanfaat dan dekat dengan petani,” pungkasnya. (Dompet Dhuafa/Dea)

SUBANG — Hiruk-pikuk ibukota dan padatnya aktivitas selama sepekan penuh, membuat akhir pekan menjadi waktu yang ditunggu-tunggu bagi sebagian masyarakat ibukota dan sekitarnya. Maka, liburan ke luar kota menjadi salah satu aternatif untuk melepas penat. Pada Sabtu (18/3), para wakif Dompet Dhuafa yang tergabung dalam Senior Wakaf Consultant (SWC), berkesempatan untuk mengunjungi kebun Buah Naga di daerah Cirangkong, Subang, untuk mengisi akhir pekan.

Perjalanan dari Jakarta menuju kebun pemberdayaan di Subang, memakan waktu kurang lebih tiga jam. Sepanjang perjalanan, terutama saat memasuki daerah Kabupaten Subang, peserta kunjungan disuguhi dengan pemandangan hijau sawah dan hutan. Posisi Kabupaten Subang yang berada di dataran tinggi, membuat daerah tersebut sangat sejuk. Salah satu kondisi yang sulit ditemukan di Jakarta dan sekitarnya.

Sesampainya di lokasi kunjungan, para peserta disuguhi dengan pemandangan kebun buah yang luas dikelilingi bukit. Kebun Buah Naga yang menjadi tujuan kunjungan SWC merupakan kebun yang diwakafkan oleh pemiliknya lewat Dompet Dhuafa. Di kebun tersebut juga ditanami buah-buahan lain seperti Nanas, Pepaya, dan Jambu Kristal. Rencananya di daerah Cirangkong pula, akan dibangun rumah industri Nanas yang berbasis dana wakaf.

Kebun Buah Naga diberdayakan oleh dana wakaf yang disalurkan melalui Dompet Dhuafa tersebut, digarap oleh petani-petani dari desa setempat.

“Kebun buah naga ini alhamdulillah bisa memberdayakan masyarakat Desa Cirangkong yang sebagian besar memang petani penggarap. Dengan adanya kebun ini dan nanti ke depannya akan ada rumah industri Nanas, mudah-mudahan bisa membantu ekonomi masyarakat desa,” ujar Kepala Desa Cirangkong.

Kebun Buah Naga tersebut, selain menjadi lahan garapan, juga sesekali menerima kunjungan dari berbagai instansi dan sekolah. Kini juga kebun Buah Naga yang berbasis wakaf tersebut memiliki dua guest house, bagi para pengunjung yang ingin menikmati suasana alam perkebunan. (Dompet Dhuafa/Dea)