BANTEN — Keterbatasan modal dan pengetahuan yang minim mengakibatkan sejumlah petambak udang di wilayah Desa Wanayasa, Kecamatan Pontang, Serang sulit berkembang. Para petambak di sana mengaku, faktor utama dalam pengelolaan udang secara tradisional adalah persiapan modal dan pengetahuan akan seluk beluk beternak udang vaname.
Kondisi ini justru mengetuk tim program Dompet Dhuafa untuk menciptakan sebuah program pemberdayaan. Fita Berliana Akbar selaku Manager Program Dompet Dhuafa Banten menjelaskan bahwa warga di Desa Wanayasa, mayoritas para peternak bandeng dan udang khususnya jenis vaname. Namun sangat disayangkan, mereka hanya peternak, sementara lahan tambak mereka sewa bahkan untuk penjualannya masih tergantung dari tengkulak sehingga keuntungan yang mereka peroleh sangat kecil sekali.
“Alhamdulillah Dompet Dhuafa Banten mencoba untuk masuk dalam program budidaya udang vaname ini. Mulai dari tebar benih untuk bioflok Diameter 20 Meter ini diuji coba dengan sistem tebar padat intensif. Padat normal sebetulnya di 100 ribu benih namun untuk siklus pertama ini diuji coba dengan tebar padat di 140 ribu benih dengan kepadatan 290 benur/Meter kubik. Tinggi Air di kolam kurang lebih 1.5 Meter. Penggunaan bioflok ini bertujuan untuk memudahkan pengontrolan kualitas Air, dengan salinitas (Kasar Garam), PH, suhu yang mudah untuk dikontrol setiap harinya. Penggunaan bioflok ini juga untuk mengoptimalkan proses budidaya dengan hasil yang lebih produktif dan efesien untuk pemeliharaan,” jelas Elin kepada sejumlah awak media yang sedang mengikuti agenda press touring pada Selasa (05/06/2024) sore.
Pembelian benur masih di Daerah serang (Kabupaten Serang/Carita). Bibit yang udah teruji empiris beberapa budi daya di Provinsi Banten. Dengan harga benih untuk kualitas terbaik saat ini di 45 rupiah/benih.
Treatment Harian untuk para karyawan adalah melakukan kontroling kualitas Air dengan melakukan proses shipon, dan treatment penebaran obat pengurai NH3. Pemberian pakan dan sampling size per 5-10 Hari (Teknik Anco). Pemberian pakan secara umum memiliki rasio 1:1 dengan perhitungan 1.5 Ton pakan akan menghasilkan total panen pada angka 1.5 Ton udang.
Panen parsial telah dilakukan. Panen parsial bertujuan untuk mengurangi kepadatan saat size udang semakin besar. Panen pertama dilakukan di hari (DOC 40). Saat size udang memasuki size 120-100. Parsial dilakukan untuk menghindari berkembang nya bakteri Vibrio dan kematian udang akibat proses molting dan kanibalisme. Parsial di siklus ini sudah dilakukan sebanyak 4 tahap. Tahap 1 sekitar 2 Kuintal. Tahap 2&3 sebanyak 2 Kuintal. Tahap 4 sebanyak 2 Kuintal. Dengan total panen parsial 6 Kuintal. Sisa pupulasi udang sekarang di 28.000 udang dengan target panen total akhir di Size 45-40 mencapai tonase 7 Kuintal.
Ali selaku penerima manfaat program budidaya udang vaname Dompet Dhuafa Banten menuturkan, dengan adanya bantuan program pemberdayaan ini, dirinya sangat merasa terbantu terutama dalam bidang pengelolaan udang vaname. Mulai dari ketersediaan tambak atau lahan hingga pemasaran udang vaname ini.
“Kami tidak bergantung lagi dengan tengkulak. Sehingga bisa memutus rantai ekonomi pemasaran. Selain itu modal maupun keuntungan sedianya akan digunakan untuk pembangunan bioflok dan pembibitan baru lagi, sehingga dapat menyerap pasar yang lebih luas,” katanya.
Saat ini, Dompet Dhuafa Banten mampu menjual hasil tambak itu ke rumah makan dengan harga 80.000/kg, end user 95.000/kg. Sehingga, Dompet Dhuafa Banten dapat menargetkan jumlah margin pada angka Rp51.000.000 dalam satu kali siklus. (Dompet Dhuafa)
Teks: Bani, Riza Muthohar
Foto: Bani
Penyunting: Dhika Prabowo