Isu regenerasi petani menjadi semakin penting dibicarakan di tengah tantangan global. Data menunjukkan bahwa mayoritas petani Indonesia saat ini berada pada rentang usia 45–64 tahun. Sementara itu, minat generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian masih tergolong rendah. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: siapa yang akan melanjutkan tongkat estafet ketahanan pangan Indonesia di masa depan. Merespon isu tersebut, Indonesia Berdaya menyelenggarakan Webinar pada Kamis, 27/08/2025 bertajuk Generasi Muda dan Masa Depan Pertanian: Mengurai Tantangan Regenerasi Petani di Era Modern.

Webinar ini mengundang expertise pertanian nasional. Turut Hadir Dr. Miko Harjanti, S.E., M.S.E., M.A. selaku Project Manager Program YESS Kementerian Pertanian RI, Casdimin, S.P., M.Si. selaku General Manager PT. Karya Masyarakat Mandiri sekaligus sosiolog pertanian, dan Akhmad Otong Turmudi selaku petani muda pelaku usaha Jagasura Agrotama. Para pemateri berhasil menciptakan ruang untuk berbagi dan mengkaji permasalahan yang dialami para petani muda dan generasi muda dalam menghidupkan sektor pertanian di masa kini.

Poster acara webinar Indonesia berdaya bertajuk Generasi Muda dan Masa Depan Pertanian: Mengurai Tantangan Regenerasi Petani di Era Modern pada Kamis, 27/08/2025.

Diskusi ini menghasilkan beberapa point pembahasan yang diranngkum sebagai berikut :

Tantangan Regenerasi Petani

Regenerasi petani bukan hanya soal jumlah tenaga kerja di sektor pertanian, tetapi juga bagaimana pertanian mampu dipandang sebagai bidang yang bermartabat, modern, dan menjanjikan. Ada beberapa tantangan utama:

  • Alih fungsi lahan yang terus terjadi sehingga mempersempit ruang generasi muda untuk mengakses lahan.
  • Stigma sosial yang menganggap pertanian identik dengan kemiskinan.
  • Keterbatasan akses permodalan dan teknologi, membuat usaha pertanian kurang menarik dibanding sektor lain.
  • Kesenjangan pendidikan dan dunia kerja, di mana kurikulum pertanian belum sepenuhnya relevan dengan kebutuhan industri.

Peran Pemerintah: Program YESS

Kementerian Pertanian melalui Program YESS (Youth Entrepreneurship and Employment Support Services) berupaya menjawab persoalan regenerasi dengan menyiapkan pemuda agar mampu menjadi pekerja maupun wirausahawan pertanian. Program ini memberikan:

  • Akses pelatihan dan pemagangan.
  • Dukungan modal dan layanan bisnis.
  • Fasilitasi akses pasar serta jaringan usaha.
  • Peningkatan kapasitas lembaga pelatihan dan inkubator bisnis.

Hingga tahun 2025, lebih dari 316 ribu pemuda telah terlibat dalam program ini, baik sebagai job seeker maupun job creator. Data menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada jumlah wirausaha muda pertanian serta penciptaan lapangan kerja baru.

Perspektif Akademisi: Transformasi Sosial

Dari kacamata sosiologi pertanian, regenerasi bukan hanya soal menarik pemuda agar mau bertani, melainkan juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap pertanian. Akademisi menekankan pentingnya:

  • Kampanye nasional untuk meningkatkan citra pertanian.
  • Integrasi pendidikan pertanian di sekolah dan kampus.
  • Insentif bagi agropreneur muda serta pelaku inovasi pertanian.
  • Kolaborasi lintas sektor, termasuk dengan swasta dan komunitas.
Casdimin, S.P., M.Si. selaku General Manager PT. Karya Masyarakat Mandiri sekaligus sosiolog pertanian menjelaskan tentang dampak krisis regernarasi pertanian.
Dr. Miko Harjanti, S.E., M.S.E., M.A. selaku Project Manager Program YESS Kementerian Pertanian RI, menjelaskan tentang program YESS.

Inspirasi dari Praktisi: Jagasura Agrotama

Kisah Jagasura Agrotama, yang didirikan pada 2020 oleh Akhmad Otong Turmudi, menjadi contoh nyata bagaimana anak muda mampu menghadirkan wajah baru pertanian. Berawal dari pemanfaatan lahan kosong di Tegal, kini Jagasura telah mengembangkan jejaring lebih dari 30 greenhouse di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.

Akhmad Otong Turmudi atau yang biasa dipanggil Mas Mudi, memiliki latar belakang pendidikan yang sama sekali tidak berkaitan dengan pertanian. Dengan latar pendidikan SMK Keteknikan, Mas Mudi mengaku merasa kesulitan untuk mendapatkan karir yang mapan di daerah tempat tinggalnya sebagai akibat dari persaingan dengan lulusan sarjana. Akhirnya, ia mencoba untuk berbudidaya melon dengan harapan itu bisa menjadi salah satu jalan karir terbaik untuknya. Dengan jatuh bangun dan terseok-seok, akhirnya ia berhasil menginisiasi berdirinya kebun melon hidroponik. Perlahan-lahan ia berhasil menjadi percontohan dan menggerakkan pemuda-pemuda di desanya untuk mengelola kebun melon hidroponik. Ini menunjukkan bahwa, keberadaan role model dikombinasikan dengan sentuhan teknologi dan bukti nyata praktik pertanian yang berhasil, dinilai mampu untuk menarik minat generasi muda agar lebih percaya diri untuk berkontribusi dalam pertanian. 

Kini Jagasura tidak hanya fokus pada produksi komoditas hortikultura, tetapi juga mengembangkan konsep:

  • Kolaborasi lahan dengan sistem sharing economy.
  • Pelatihan dan farm class untuk generasi muda.
  • Agrowisata edukatif, menggabungkan rekreasi dengan pembelajaran pertanian.

Visi yang dibawa adalah pertanian ramah lingkungan, berkelanjutan, dan mampu memberikan nilai ekonomi yang nyata bagi masyarakat.

Menuju Masa Depan Pertanian Indonesia

Dari diskusi ini dapat ditarik benang merah bahwa regenerasi petani membutuhkan sinergi antara kebijakan pemerintah, dukungan akademisi, dan inspirasi dari praktisi muda. Ada tiga langkah penting yang harus dilakukan:

  1. Dukungan Struktural: memastikan akses lahan, modal, dan perlindungan risiko bagi petani muda.
  2. Perubahan Mindset: menjadikan pertanian sebagai pilihan karir modern dan bergengsi.
  3. Teladan Nyata: menghadirkan kisah sukses petani muda sebagai motivasi generasi berikutnya.

Dengan point pembahasan dan langkah-langkah tersebut, diharapkan sektor Pertanian di Indonesia dapat terus tumbuh, berkelanjutan, dan siap menyongsong masa depan bersama generasi muda.

SULAWESI SELATAN — Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan derasnya arus digitalisasi, kebutuhan akan literasi digital menjadi semakin mendesak, terutama bagi generasi muda di daerah. Semangat inilah yang melatarbelakangi hadirnya Program Pendidikan Literasi untuk Ekonomi Digital Desa Berdaya Sinjai. Bertempat di Kawasan Madaya, Desa Arabika, Kecamatan Sinjai Barat, menjadi saksi peresmian program yang diinisiasi oleh PLN UIP 3 B Sulawesi bersama Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan pada Kamis (21/8/2025).

Program ini mencakup berbagai kegiatan strategis, antara lain beasiswa pendidikan, pelatihan persiapan masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN), pelatihan sekolah guru literasi, serta pembangunan sarana Lab Digital. Program ini diharapkan menjadi bekal penting yang dapat memperkuat literasi dan kapasitas generasi muda khususnya di Sinjai agar mampu bersaing di era digital.

Peresmian turut dihadiri oleh Bupati Sinjai Ratnawati Arif, Kepala Dinas Pendidikan Sinjai, Irwan SuaibKepala Dinas Kominfo dan Persandian Dr. Mansyur, Kepala Dinas PMD Dr. Yuhadi Samad, Pimpinan Dompet Dhuafa Sulsel Heru Pandu Satrio, Camat Sinjai Barat A. Nasrun, Kepala Desa Arabika Harianto, serta Pengelola Kawasan Madaya Ramly Usman.

Ramly Usman Local Leader Kawasan Madaya, Desa Berdaya Sinjai dalam sambutannya pada Seremoni Program Pendidikan Literasi untuk Ekonomi Digital Desa Berdaya Sinjai, pada Kamis, (21/8/2025).

Sebelumnya, selama satu tahun silam program Desa Berdaya telah berjalan untuk memberdayakan masyarakat melalui penguatan ekonomi, pengembangan UMKM, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, serta pembangunan infrastruktur. Tahun ini, bantuan program pendidikan di Sinjai dirancang sebagai investasi jangka panjang untuk melahirkan generasi terbaik.

Local Leader Kawasan Madaya, Desa Berdaya Sinjai, Ramly Usman menyampaikan rasa syukur atas hadirnya dukungan PLN melalui program pendidikan literasi ini.

“Pemberdayaan kopi di Sinjai ibarat satu biji kopi membuka jalan beribu kebaikan bagi masyarakat Desa Berdaya. Tahun ini TJSL PLN UIP 3 B Sulawesi memberikan dukungan untuk Program Pendidikan Literasi, alhamdulillah ini akan menjadi jalan penerang dari mimpi menjadi kenyataan,” ujarnya.

Heru Pandu Satrio, Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan, mengapresiasi kolaborasi yang terjalin antara Dompet Dhuafa dan PLN Peduli.

Hal tersebut senada dengan Heru Pandu Satrio, Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan, yang juga menegaskan pentingnya kolaborasi berkelanjutan.

“Dompet Dhuafa kini sudah berusia 32 tahun. Semangat kolaborasi untuk mendorong implementasi zakat modern perlahan kita wujudkan bersama di Sulawesi Selatan. Program pendidikan yang kita tanam hari ini adalah investasi untuk melahirkan generasi terbaik dari Sinjai. Sepuluh hingga lima belas tahun ke depan, kita berharap mereka akan membawa kebanggaan bagi kabupaten ini,” jelasnya.

Seremoni Penyematan Almamater Program YES Dompet Dhuafa kepada Penerima Manfaat.

Sementara itu, General Manager PLN UIP 3 B Sulawesi, Fermi Trafianto menyatakan bahwa PLN senantiasa berkomitmen mendukung kesejahteraan masyarakat melalui program CSR mereka.

“Di Desa Arabika ini, kami mengembangkan pemberdayaan petani kopi sekaligus memberikan dukungan di bidang pendidikan. Harapannya, kontribusi ini bisa benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” ungkap Fermi.

Dompet Dhuafa berkolaborasi dengan program PLN Peduli, dengan menghadirkan Program Bantuan Pendidikan Literasi dan Untuk Desa Berdaya Sinjai

Bupati Sinjai, Ratnawati Arif, mengapresiasi langkah kolaborasi ini sebagai upaya memperkuat SDM di daerah-daerah.

“Kami sangat mendukung program pendidikan yang digagas PLN bersama Dompet Dhuafa. Fokus kita adalah membangun SDM yang cerdas, berdaya, dan mampu bersaing menuju Indonesia Maju. Kolaborasi ini menjadi wujud nyata pemberdayaan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan,” tegasnya.

Melalui peresmian ini, PLN Peduli dan Dompet Dhuafa menegaskan komitmen untuk terus menghadirkan program berbasis pendidikan, literasi, dan pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan di Kabupaten Sinjai, serta pengembangan program di Sulawesi Selatan.

JAKARTA – Barangkali masih terdengar asing di telinga kita semua dengan istilah “Industri Komunal”. Tak heran, istilah ini memang jarang digunakan oleh khalayak publik. Masyarakat lebih mengenal istilah “Social Enterprise” atau perusahaan sosial–sebuah konsep bisnis dengan alokasi keuntungan yang diperuntukkan membangun dampak positif bagi sosial dan lingkungan.

Namun, tak seperti social enterprise yang hanya dimiliki oleh perorangan atau kelompok, justru titik berat industri komunal terletak pada kepemilikan serta pengelolaan sumber daya yang diserahkan dalam genggaman komunitas masyarakat.

Contoh terkecil dari industri komunal ialah koperasi. Mulai dari suplai bahan baku hingga pengelolaan sumber daya dilakukan oleh para anggota koperasi. Anggota koperasi memiliki peran ganda, yakni sebagai pemilik, penggerak juga pelanggan dari sebuah jasa koperasi tersebut.

Silih berganti waktu, Dompet Dhuafa menanam harapan bagi para mustahik dengan beragam bentuknya. Visi ini diperkuat melalui salah satu program dengan konsep industri komunal, yaitu IKON atau Industri Komunal Olahan Nanas yang berdiri di Desa Cirangkong, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Nanas dipanen oleh petani lokal.
Pengupasan nanas dilakukan oleh masyarakat lokal yang merupakan anggota koperasi.

Silih berganti waktu, Dompet Dhuafa menanam harapan bagi para mustahik dengan beragam bentuknya. Visi ini diperkuat melalui salah satu program dengan konsep industri komunal, yaitu IKON atau Industri Komunal Olahan Nanas yang berdiri di Desa Cirangkong, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Program yang merupakan bagian dari pengelolaan zakat produktif ini merupakan pabrik pengolahan buah (food processing management) pertama Dompet Dhuafa. Pabrik pengolahan itu diberi nama Rumah Industri Nanas (RISIN) yang didirikan pada 2018 lalu. Produknya yakni jus dan selai nanas.

Pada mulanya, kawasan tersebut memiliki lahan pertanian nanas yang potensial. Sayangnya tak disertai dengan pengelolaan yang mumpuni serta kondisi ekonomi petani dan masyarakat yang belum berkembang pesat.

Maka dari itu, Direktur Pemberdayaan Ekonomi Dompet Dhuafa, Ana Rahmawati menyampaikan program ini hadir bertujuan untuk menyerap Sumber Daya Manusia (SDM) di pedesaan; mengatasi rendahnya nilai tambah produk (nanas); meningkatkan distribusi nanas dari petani; serta membuka akses pemasaran bagi masyarakat lokal.

Hadirnya RISIN sebagai sebuah industri komunal membuat produksi dapat dilakukan dalam skala besar menggunakan teknologi, namun tetap tak menghilangkan peran masyarakat. Dompet Dhuafa melibatkan entitas masyarakat setempat untuk berdaya, mulai dari petani lokal hingga tenaga kerja di RISIN. Proses pengupasan dan pembersihan buah tetap dilakukan oleh warga di rumah-rumah pengolahan, kemudian buah yang sudah siap olah tersebut baru dikirimkan ke pabrik RISIN.

Dokumentasi pabrik ekstrak nanas atau Rumah Industri Nanas (RISIN) pada tahun 2019 silam.

Ana melanjutkan, upaya mendorong terwujudnya kemakmuran masyarakat khususnya di pedesaan juga dilakukan melalui kepemilikan saham RISIN yang akan dimiliki mayoritas oleh penerima manfaat atau mustahik.

“Poin dari industri komunal ini sendiri adalah sebuah pabrik yang pemiliknya adalah masyarakat atau yang dimaksud di sini para penerima manfaat (mustahik). Sebanyak 97 persen saham RISIN akan dimiliki oleh mustahik, tiga persennya Dompet Dhuafa. Karena Dompet Dhuafa juga harus melakukan pemeliharaan terhadap alat serta memantau profit agar program ini berlangsung dalam jangka panjang,” jelas Ana.

Hal ini tak terlepas dari tujuan agar para mustahik dapat berdaya. Supaya roda perekonomian, baik secara individu maupun komunitas, dapat terus bergerak dan melahirkan kebermanfaatan dalam jangka panjang. (Dompet Dhuafa)

SEMARANG — Indonesia Berdaya dan DD Jateng berkesempatan untuk menampilkan produk unggulan hasil dari program pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam acara yang digagas oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah yaitu Pekan Agro Digital dan Inovasi (PADI) pada 18–22 Juli 2025 di Agro Center Soropandan, Kecamatan Temanggung.

Indonesia Berdaya dan DD Jateng memperkenalkan produk-produk hasil program pemberdayaan yang telah dijalankan di berbagai wilayah Jawa Tengah, di antaranya:

– Sentra Jamur di Batang dan Sragen
– Teh Dieng Banjarnegara
– Kantin Kontainer Mobile
– Melon Premium di Tegal
– Pakan Ternak dan Pupuk DD Farm Jateng

Acara Pekan Agro Digital dan Inovasi (PADI) menjadi ajang untuk diskusi dan merancang solusi inovatif terkait dengan agenda pertanian berkelanjutan. Adanya forum ini juga diharapkan mampu menjadi wadah yang menginspirasi, memperkuat kolaborasi dan memacu pertumbuhan sektor pertanian kearah yang lebih modern, berdaya saing dan berkelanjutan.

Pimpinan cabang Dompet Dhuafa Jateng, Zaini, berdiskusi memperkanalkan ragam produk pemberdayaan ekonomi masyarakat kepada stakeholder pada Sabtu, 19/08/2025.
Pimpinan cabang Dompet Dhuafa Jateng, Zaini, mempresentasikan ragam program pemberdayaan ekonomi kepada mitra kolaboraksi, pemerintah, stakeholder, dan masyarakat pada Jumat, 18/07/2025.

Acara Pekan Agro Digital dan Inovasi (PADI) menjadi ajang untuk diskusi dan merancang solusi inovatif terkait dengan agenda pertanian berkelanjutan. Adanya forum ini juga diharapkan mampu menjadi wadah yang menginspirasi, memperkuat kolaborasi dan memacu pertumbuhan sektor pertanian kearah yang lebih modern, berdaya saing dan berkelanjutan.

Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Jateng, Zaini Tafrikhan, menyampaikan bahwa kehadiran Indonesia Berdaya dan DD Jateng dalam event ini merupakan bagian dari komitmen untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas pengelolaan ZISWAF yang telah dijalankan secara nyata dan berkelanjutan.

“Kami ingin menunjukkan kepada masyarakat dan stakeholder bahwa dana ZISWAF yang mereka titipkan dikelola dengan serius untuk membangun kemandirian umat. Produk-produk yang kami tampilkan ini merupakan bukti nyata dari program pemberdayaan yang kami jalankan bersama masyarakat,” jelas Zaini.

PADI Jateng 2025 menjadi momentum penting bagi Indonesia Berdaya dan Dompet Dhuafa Jateng untuk memperluas jejaring kolaborasi, membuka peluang pemasaran produk UMKM binaan, serta mengedukasi publik tentang potensi zakat dan wakaf produktif untuk pengembangan ekonomi masyarakat.

Masyarakat mengunjungi booth pameran program dan produk pemberdayaan ekonomi Dompet Dhuafa Jateng dan Indonesia Berdaya.
Zaini, pimpinan cabang Dompet Dhuafa Jateng dan Irvan, SPV Program Ekonomi Dompet Dhuafa Jateng, bertugas untuk mengenalkan produk dan program pemberdayaan pada 18-22 Juli di Agro Center Soropandan, Jawa Tengah.

Deputi Direktur 1 Program Pemberdayaan Dompet Dhuafa serta Sekertaris Yayasan Wirausaha Indonesia, Udhi Tri Kurniawan, menegaskan bahwa Indonesia Berdaya terus berikhtiyar untuk melahirkan portofolio program yang berkualitas dan menjadi rujukan dalam ekosistem pemberdayaan di Indonesia

“Indonesia Berdaya sebagai mitra pelaksana program ekonomi Dompet Dhuafa, berkomitmen untuk menguatkan ekosistem pemberdayaan di Indonesia. Bergandeng tangan dengan banyak pihak, turut menguatkan inovasi dan pengembangan metodologi pemberdayaan masyarakat, Ujarnya,” jelas Udhi.

Keikutsertaan Indonesia Berdaya dan Dompet Dhuafa Jateng dalam kegiatan Pekan Promosi Agribisnis & Digitalisasi Pertanian 2025 “PADI 2025” mendorong upaya memperluas dampak program pemberdayaan yang selama ini telah dilaksanakan. Melalui kegiatan ini, kami dapat memperkenalkan berbagai inisiatif baik dan produktif berbasis ZISWAF yang telah berhasil mendorong kemandirian petani. Keikutsertaan ini juga bisa menjadi ruang strategis untuk menyampaikan bahwa ZISWAF tidak hanya bersifat konsumtif.

SUBANG, JAWA BARAT — Sebuah bangunan kokoh berdiri di pinggir jalan utama Desa Cirangkong, Kecamatan Cijambe, Subang. Luasnya mencapai 1.000 meter persegi di atas lahan 2.000 meter persegi. Di dalamnya, puluhan pekerja lokal sibuk mengolah tumpukan buah nanas segar menjadi ekstrak jus dan selai berkualitas. Inilah Industri Komunal Olahan Nanas, atau dikenal sebagai IKON, sebuah terobosan ekonomi berbasis zakat produktif yang digagas oleh Dompet Dhuafa.

Dengan kapasitas pengolahan hingga 10 ton nanas segar per hari, IKON mampu menghasilkan 2,5-3 ton selai atau puree dan 1-2 ton konsentrat setiap harinya. Program ini bukan sekadar kegiatan industri, melainkan inisiatif pemberdayaan masyarakat yang menyatukan semangat wakaf, zakat, dan inovasi pertanian.

Industri berteknologi unggulan karya anak bangsa yang mampu mengolah berbagai komoditas buah-buahan dan hortikultura seperti nanas,  mangga, stroberi, ubi, singkong dan cabe menjadi selai, pasta dan jus konsentrat.

Seorang petani nanas binaan Dompet Dhuafa sedang melakukan panen nanas untuk IKON.
Proses panen nanas untuk IKON.

Sudah sejak lama, Kabupaten Subang dikenal sebagai tanahnya nanas. Hamparan kebun nanas terbentang sejauh mata memandang, menandakan bahwa Subang memang kaya akan potensi pertanian. Namun ironisnya, kekayaan itu belum cukup membuat petaninya hidup sejahtera.

Ketika panen raya tiba, justru banyak petani yang cemas. Harga nanas jatuh karena melimpahnya pasokan, dan para tengkulak kerap memanfaatkan situasi. Tak ada gudang penyimpanan yang layak, tak ada akses langsung ke pasar besar. Petani terpaksa menjual cepat agar buah tidak membusuk, walau dengan harga jauh di bawah harapan.

“Kadang hasil panen tak cukup untuk menutup ongkos tanam. Kalau sudah begitu, yang ada malah rugi,” ungkap Ade Suherlan, salah satu petani nanas.

Kondisi seperti ini bukan cerita baru. Ia berulang setiap tahun, dan menjadi lingkaran yang sulit diputus. Petani tetap menanam karena tak ada pilihan lain. Mereka pasrah pada sistem yang timpang, pada harga yang tak mereka kendalikan.

Ibu-ibu sedang membersihkan lahan nanas.
Proses pemilahan dan pengupasan nanas segar sebelum masuk IKON.

Di tengah situasi yang memprihatinkan ini, Dompet Dhuafa datang membawa harapan. Tahun 2014, lembaga filantropi ini membebaskan lahan seluas 10 hektar di Desa Cirangkong sebagai bagian dari program wakaf produktif. Lahan itu ditanami nanas dan sebagian dijadikan sebagai lokasi peternakan domba.

Namun, program ini tak berhenti pada pertanian. Dompet Dhuafa melihat satu peluang besar yang selama ini terlewatkan, yaitu bagaimana jika nanas tak hanya dijual sebagai buah mentah, tetapi diolah menjadi produk bernilai tambah seperti jus dan selai?

Gagasan ini perlahan-lahan diwujudkan. Butuh waktu, tenaga, dan komitmen. Hingga akhirnya, pada Kamis, (26/06/2025), pabrik pengolahan buah bernama IKON ini mulai beroperasi. Pabrik pertama Dompet Dhuafa di sektor food processing ini mampu mengolah hingga 10 ton nanas segar setiap harinya.

Begitu pagi menjelang, mobil-mobil bak terbuka mulai berdatangan dari kebun, membawa muatan penuh nanas. Nanas-nanas yang telah dikupas dan dibersihkan ditimbang satu per satu, lalu dimasukkan ke mesin pemeras. Di ruang produksi, deru mesin terdengar seperti lagu industri yang terus berdetak.

Proses pengolahan nanas di IKON.
Proses pengolahan nanas di IKON.

Beberapa ruang dipisahkan oleh dinding dan mika, menjaga kebersihan dan standar produksi. Di sana, nanas-nanas dipisahkan antara sari dan kuenya. Sari nanas diolah menjadi ekstrak jus, sementara cake-nya dijadikan sebagai selai. Hampir tak ada yang terbuang.

Hasil akhir dikemas rapi di ruang pengemasan. Setelah itu, produk disimpan di gudang pendingin, siap dikirim ke industri lain yang akan melanjutkan prosesnya.

“Produk akhir kami sampai pada tahap ekstrak jus dan selai. Nantinya, industri lain yang akan melanjutkan ke tahap distribusi konsumen. Kami sudah punya mitra pasarnya,” jelas Kuswolo, Manajer Operasional IKON.

Produk akhir kemasan selai nanas IKON.
Ade Suherlan, salah satu petani nanas, melakukan panen nanas di kebunnya.

Hal yang membuat IKON istimewa bukan hanya hasil produksinya, tetapi juga semangat yang melandasinya. IKON adalah sebuah konsep industri komunal, di mana mayoritas kepemilikan saham, yaitu sebesar 97 persen dipegang oleh masyarakat penerima manfaat, atau mustahik. Dompet Dhuafa hanya memiliki 3 persen untuk keperluan perawatan mesin dan pemantauan keberlanjutan program.

Artinya, para petani tak hanya menjual nanas. Mereka adalah ‘pemilik’ pabrik. Mereka ‘memiliki’ saham. Mereka ikut menikmati hasil usaha.

Dompet Dhuafa juga membentuk koperasi lokal yang bertugas menyortir dan menyeleksi buah yang layak masuk industri. Warga dilibatkan sebagai tenaga kerja di industri, setelah melalui pelatihan dan asesmen keterampilan. Semua berjalan dalam semangat kolaborasi, transparansi, dan pemberdayaan.

IKON bukan hanya bangunan dengan mesin-mesin modern. Ini adalah simbol perubahan. Ini membuktikan bahwa zakat dan wakaf bukan hanya untuk konsumsi, tetapi juga bisa jadi penggerak ekonomi jangka panjang. IKON ingin mendorong petani mampu mandiri, bahwa masyarakat bisa mengelola industrinya sendiri. IKON membangkitkan rasa percaya diri. Mereka, warga desa yang dulu hanya berada pada hulu penyuplai hasil panen, kini memiliki industri hilirnya sendiri.

Dompet Dhuafa bersama dengan ROIS OJK, Yayasan Wirausaha Indonesia Bersaya, LMI, Dinas Pertanian Gunung Kidul, Pemerintah Desa, beserta masyarakat melaksanakan kegiatan Launching Program Pemberdayaan Ekonomi Kampung Alpukat Gunung Kidul pada Rabu, 26/02/2025 di Desa Wunung, Kec Wonosari, Kab Gunung Kidul, Yogyakarta.

Kebun Alpukat yang ditanam di tanah kas Desa Wunung seluas 7.000 meter persegi, sebanyak 220 pohon alpukat dari 18 varietas unggul, dikelola oleh 16 orang penerima manfaat yang tergabung dalam Kelompok Tani Berkah Alpukat Teguhan ini diprediksi dapat menghasilkan 5 – 10 Ton/tahun.

“Alhamdulillah pohon yang kita tanam 2 Februari 2022, kini hasilnya sudah bisa kita nikmati bersama. Saya berharap kedepanya kita bisa kuatkan manajemen pengelolaan kelompok tani kita sehingga tujuan utamanya adalah bisa menciptakan kawasan agro di Desa Wunung ini” ujar Sudarto selaku Kepala Desa Wunung.

Lebih lanjut, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul Rismiyadi menyampaikan “mendukung program kampung alpukat ini bahkan berharap bisa ditiru oleh kelurahan lain terutama melalui pelibatan generasi muda untuk bisa berkarya di bidang pertanian komoditas unggul dalam rangka kemajuan pertanian di di Gunung Kidul”

ROIS OJK telah menjadikan Dompet Dhuafa sebagai mitra dalam menyalurkan zakat karyawan. Zakat karyawan ROIS OJK disalurkan dalam berbagai bidang rogram yang dikelola oleh Dompet Dhuafa, salah satunya adalah
Program Kampung Alpukat.

“Rois OJK bersama Dompet Dhuafa melakukan intervensi dalam program ini berupa penanaman tanaman di lahan terpusat, pengadaan sumur, fasilitas rumah pembibitan, dan pembangunan limasan/tempat pertemuan anggota kelompok” Ujar Armie Robi selaku Kepala Departemen Implementasi dan Monitoring YWIB.

Penanaman alpukat selain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, juga diharapkan sebagai ikhtiar bersama untuk mengurangi dampak krisis iklim, ketahanan pangan masyarakat, serta menaikan tingkat perekonomian masyarakat Gunung Kidul.

“Harapan kami sebagai kalompok petani alpukat, semoga program ini dapat kita kembangkan bersama yang nantinya bisa meningkatkan perekonomian di desa wunung” ujar Kisyanto selalu ketua kelompok tani alpukat dan penerima manfaat.

SERANG, BANTEN — Pada Senin (10/2/2025), Dompet Dhuafa melalui cabang Banten menggelar panen perdana Greenhouse Sentra Seledri terbesar di provinsi ini. Berlokasi di Kampung Cimaung Kadu, Kabupaten Serang, greenhouse seluas 2.000 m² yang berasal dari dana zakat ini dibangun di atas lahan 1,5 hektare dan menjadi langkah strategis dalam memenuhi kebutuhan seledri lokal yang selama ini masih bergantung pada pasokan dari luar daerah seperti wilayah Bogor dan Bandung.

Sebelum panen perdana sentra seledri terbesar di Banten, Dompet Dhuafa turut menyerahkan secara simbolis penyerahan seledri kepada para petani lokal. Penyerahan secara langsung dilakukan oleh Rahmad Riyadi selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Republika.

Dompet Dhuafa Banten menargetkan kemandirian petani lokal di Banten melalui pendekatan Philantropreuneur—sebuah konsep pemberdayaan berbasis filantropi yang menanamkan jiwa wirausaha bagi para mustahik atau penerima manfaat zakat.

Soleh salah satu petani lokal sekaligus penerima manfaat Greenhouse Sentra Seledri Dompet Dhuafa, seledri yang sudah cukup umur yakni 45 hari siap untuk dipanen.
Para petani lokal lainnya, saat sedang menyortir seledri-seledri yang siap panen, pada Senin (10/2/2025).

Dalam praktik nantinya, implementasi dari zakat produktif ini memberdayakan empat orang penerima manfaat langsung yaitu petani lokal, dan juga belasan mahasiswa penerima beasiswa. Para mahasiswa pertanian diwajibkan magang selama setahun sebelum mendapatkan inkubasi greenhouse skala rumahan berukuran 7×10 m². Sementara itu, para petani mendapatkan binaan maksimal dua tahun sebelum mendapatkan bantuan greenhouse serupa, sehingga ekosistem produksi bisa terus berkembang.

“Hari ini kita bisa menyambut panen perdana dari ide teman-teman Dompet Dompet Dhuafa Banten, yaitu Panen Perdana Sentra Seledri, ini sesuatu yang unik menurut saya, sekaligus bisa menjadi offtaker bagi petani-petani yang mau bergabung dengan Dompet Dhuafa,” ujar Rahmad Riyadi saat diwawancarai.

Simbolis penyaluran dana zakat melalui Greenhouse Sentra Seledri kepada empat petani lokal, penyerahan diberikan langsung oleh Rahmad Riyadi, Ketua Dewan Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Republika dan Mokhlas Pidono sebagai Pimpinan Cabang, Dompet Dhuafa Banten.
Rahmad Riyadi selaku Ketua Dewan Pengawas Yayasan Dompet Dhuafa Republika, memberi sambutannya mengapresiasi inovasi dan produktivitas dari Dompet Dhuafa Banten dalam mengelola zakat produktif, pada Senin (10/2/2025).
Mokhlas Pidono, Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Banten saat menyampaikan sambutan pada perhelatan Panen Perdana Greenhouse Sentra Seledri, Senin (10/2/2025).

Menurut Mokhlas Pidono, Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Banten dalam setahun panen bisa mencapai 9-10 kali, dengan potensi keuntungan mencapai 120 juta rupiah per 2.000 m² per panen. Dari keuntungan ini, Dompet Dhuafa Banten berkomitmen memberikan beasiswa bagi mahasiswa pertanian yang kurang mampu, menjadikan proyek ini tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga berkontribusi bagi pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.

“Jadi konsep kami sederhana, tapi mudah-mudahan berdampak bagi masyarakat, selain kita memenuhi pasar, masyarakat yang kurang mampu juga terbantu. Dompet Dhuafa Banten hanya membantu mengelola, mencarikan pasar, dan tidak sepeserpun kami ambil, itu sebagai bentuk zakat produktif, agar zakat tidak habis sekali pakai,” ucapnya.

Supriyadi selaku perwakilan Dinas Pertanian Provinsi Banten turut mengapresiasi langkah Dompet Dhuafa Banten dalam memberdayakan para petani lokal ini, dengan harapan bahwa model serupa bisa diterapkan pada komoditas lain.

“Kami dari Dinas Pertanian Provinsi Banten, sangat mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa, dengan adanya tanaman seledri ini, kita mengharapkan petani-petani lokal ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, karena kita membutuhkan kemajuan-kemajuan petani lokal ini bisa bersaing dengan petani di luar,” kata Supriyadi.

Simbolis Panen Perdana Greenhouse Sentra Seledri Dompet Dhuafa Banten, pada Senin, (10/2/2025) di Serang, Banten.
Salah satu peserta yang hadir turut melakukan panen seledri, pada Senin, (10/2/2025) di Greenhouse Sentra Seledri Dompet Dhuafa, Serang, Banten.
Proses panen seledri yang dilakukan oleh Soleh, salah satu penerima manfaat dana zakat, Senin (10/2/2025).

Ke depan, Dompet Dhuafa Banten menargetkan perluasan lahan hingga 4.000-5.000 m² pada 2025-2026, memperkuat posisi Banten sebagai sentra produksi seledri mandiri, sekaligus memastikan bahwa petani lokal memiliki akses pasar yang luas dan stabil.

Seledri merupakan tanaman yang cukup mudah untuk dibudidayakan dengan sistem hidroponik . Tanaman ini memiliki akar serabut yang tidak terlalu dalam, sehingga tidak memerlukan media tanah yang terlalu banyak. Oleh karena itu, seledri dapat tumbuh dengan baik dalam sistem hidroponik yang hanya menggunakan sedikit larutan nutrisi. Seledri membutuhkan waktu kurang lebih 20-45 hari untuk dipanen. (Dompet Dhuafa)

BANJAR, JAWA BARAT — Menyemai semangat pemberdayaan masyarakat, Dompet Dhuafa bersama Kerohanian Islam (ROIS) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar Peresmian Greenhouse dan Panen Melon Hidroponik di Kelurahan Bojongkantong, Kecamatan Langensari, Banjar, yang diperuntukkan bagi Kelompok Tani Melon Hidroponik Langensari, Selasa (20/01/2025).

Melon Hidroponik sendiri merupakan program hasil kolaborasi Dompet Dhuafa dengan petani muda di wilayah Langensari yang sudah ada sejak tahun 2023. Seiring berkembangnya program ini, ROIS OJK pun turut berkontribusi meluncurkan tiga unit Greenhouse dengan kapasitas masing-masing sebanyak 1000-1200 buah melon.

Kepala Divisi Program Pemberdayaan Dompet Dhuafa, Armie Robi memberikan sambutannya pada acara peresmian Greenhouse dan panen melon hidroponik di Kelurahan Bojongkantong, Kecamatan Langensari, Banjar.
Kepala Lurah Kelurahan Bojongkantong, Yeni Irmawati (kiri) dan Armie Robi (kanan) meresmikan Greenhouse untuk Kelompok Tani Melon Langensari secara simbolis pada Selasa (21/01/2025).

Pada pagi hari yang penuh sukacita, Kepala Divisi Program Pemberdayaan Dompet Dhuafa, Armie Robi, bersama Kepala Lurah Bojongkantong, Yeni Irmawati, melakukan peresmian Greenhouse yang disambut hangat oleh penerima manfaat dan warga sekitar. Menurut Yeni menyoal pertanian pangan di wilayahnya, melon hidroponik merupakan sesuatu yang baru dan memiliki hasil yang memuaskan secara ekonomi.

“Bertani melon hidroponik memang punya hasil yang baik dengan harga jual tinggi jika dibanding dengan petani pangan lainnya. Rata-rata yang mengkonsumsi pun warga lokal sini. Jadi ini merupakan hal yang sangat bagus, apalagi masa-masa mendekati bulan Ramadan ini,” tutur Yeni.

 Salah satu tani melon penerima manfaat yang sedang melakukan panen di Greenhouse binaan Dompet Dhuafa dan ROIS OJK di Langensari, Banjar, Jawa Barat.
Para tokoh masyarakat setempat yang turut menyambut peresmian Greenhouse Melon Hidroponik hasil Program Pemberdayaan Ekonomi Dompet Dhuafa dan ROIS OJK di Langensari, Banjar, Jawa Barat.

Armie menyampaikan bahwa program ini menyasar 10 penerima manfaat yang tergabung dalam Kelompok Tani Melon Langensari. Nantinya, program ini bersifat berkelanjutan guna menunjang perluasan jaringan pasar dan penguatan produksi, seperti penyediaan lahan sewa dan penguatan kapasitas petani melalui pendampingan.

“Semoga program ini mampu meningkatkan kapasitas para petani melon, baik secara pengetahuan, keterampilan, sampai kesejahteraan. Harapannya 10 penerima manfaat hari ini dapat berkembang hingga menciptakan lahan baru dan menjadi role model bagi petani lainnya,” tutur Armi.

Ketua Tani Melon Hidroponik Langensari, Ellan Maulana setelah melakukan panen melon hasil teknik hidroponik di Greenhouse hasil dari program pemberdayaan Dompet Dhuafa dan ROIS OJK pada Selasa (21/01/2024).

Ketua Tani Melon Hidroponik Langensari, Ellan Maulana, menyampaikan seperti apa dampak ekonomi yang ia dan kelompoknya rasakan. Pasalnya, satu Greenhouse menghasilkan omzet 20 juta per bulan bahkan lebih. Omzet tersebut nantinya akan dibagi 40:60, 40% untuk pendapatan petani pengelola, sedangkan 60% dibagi untuk kelompok dan disisihkan untuk perputaran modal serta operasional penanaman siklus selanjutnya.

Walaupun biaya operasional tinggi, namun hal itu selaras dengan buah melon yang dihasilkan. Sistem hidroponik sendiri berfokus pada konsistensi kualitas pada melon. Ellan dan kelompoknya mengembangkan melon jenis Honeydew dan Sweet Net. Mereka dapat melakukan panen sebanyak empat kali dalam setahun. Sistem ini mengandalkan teknologi dalam proses pengairannya. Sehingga pertumbuhan melon lebih cepat dan minim polusi nutrisi kimia untuk lingkungan lebih rendah.

“Pertama, kami menjaga kualitas daripada ada kuantitas. Bedanya dengan lahan konvensional yang mengutamakan bobot dan jumlah melon, sistem hidroponik menggunakan Greenhouse ini berfokus pada hasil melon yang lebih manis dengan bentuk yang lebih presisi. Dengan inisiasi pengadaan Greenhouse oleh ROIS OJK dan Dompet Dhuafa ini, tentu dapat membantu kami meningkatkan produksi dan kesejahteraan para petani,” ucap Ellan.

Greenhouse Melon Hidroponik binaan Dompet Dhuafa dan ROIS OJK di Langensari, Banjar, Jawa Barat.
Salah satu unit Greenhouse Melon Hidroponik binaan Dompet Dhuafa dan ROIS OJK di Langensari, Banjar, Jawa Barat.
Foto bersama 10 penerima manfaat Greenhouse Hidroponik, tokoh masyarakat Langensari dan perwakilan Dompet Dhuafa.

Salah satu petani melon muda, Robet Analida (26) memperlihatkan antusiasme yang tinggi pada acara peresmian Greenhouse. Robet bercita-cita menjadi petani melon hidroponik yang mampu memiliki lahan pribadi. Ia menyampaikan bahwa semenjak bergabung dengan Kelompok Tani Melon Langensari, ia mampu menghasilkan uang sendiri tanpa bergantung pada orang tuanya. Tambahan tiga unit Greenhouse menjadi kabar membahagiakan baginya.

“Saya bangga menjadi petani melon. Profesi ini menjadikan saya mandiri secara finansial, sudah tidak bergantung lagi dengan orang tua. Tentu ini menunjang cita-cita saya. Ke depannya saya ingin membeli lahan lebih luas untuk bertani melon dan lainnya. Dengan adanya tiga unit Greenhouse dari ROIS OJK dan Dompet Dhuafa, saya ucapkan terima kasih banyak,” ucap Robet bersemangat. (Dompet Dhuafa)

SINJAI BARAT, SULAWESI SELATAN — Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan bekerja sama dengan PLN Peduli resmi meluncurkan Program Desa Berdaya di Desa Arabika, Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai. Program ini disambut antusias oleh masyarakat setempat, lantaran memberikan harapan baru untuk pengembangan desa yang lebih mandiri dan sejahtera.

Peluncuran yang berlangsung pada Selasa (5/12/2024) ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Andi Tenri Rawe Baso sebagai Staff Ahli Bidang Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten Sinjai yang hadir mewakili Bupati Sinjai. Hadir pula Harianto, Kepala Desa Arabika; Tri Udhi Kurniawan, Deputi 1 Direktur Program Pemberdayaan Dompet Dhuafa; Andi Murniawati, Senior Manager Perencanaan PLN UIP3B Makassar; serta Pandu Heru Satrio, Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan. Selain itu, kehadiran para tokoh masyarakat setempat turut memeriahkan acara tersebut.

Program Desa Berdaya bertujuan untuk memberdayakan masyarakat melalui penguatan ekonomi, pengembangan UMKM, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, serta pembangunan infrastruktur. Kawasan Desa Berdaya akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti pusat pengolahan kopi, area penjemuran, kafe, musala, dan sarana lain yang mendukung keberlanjutan program.

Dalam sambutannya, Harianto menyampaikan rasa terima kasihnya kepada PLN Peduli dan Dompet Dhuafa atas kontribusi dalam memberdayakan masyarakat desa.

“Kami berharap Desa Arabika dapat menjadi percontohan bagi desa-desa lain, serta dikenal sebagai salah satu penghasil kopi unggulan di Sulawesi Selatan,” tuturnya.

Lebih lanjut, Tri Udhi Kurniawan menjelaskan tentang pentingnya regenerasi petani di Indonesia.

“Generasi muda semakin enggan terjun ke sektor pertanian, padahal mayoritas petani di Indonesia memiliki lahan yang terbatas. Dengan adanya program ini, kami berharap dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga keberlanjutan pertanian di desa,” katanya.

Andi Murniawati dari PLN UIP 3B Makassar turut memberikan harapan agar Desa Berdaya tidak hanya fokus pada aspek ekonomi, tetapi juga mencakup pendidikan, kesehatan, dan pengembangan masyarakat secara menyeluruh.

“Kami percaya bahwa keberhasilan program ini akan memberikan dampak yang signifikan bagi Desa Arabika dan masyarakatnya,” ujarnya

Andi Tenri Rawe Baso, mewakili Bupati Sinjai, menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, lembaga kemanusiaan, dan masyarakat.

“Program Desa Berdaya ini diharapkan mampu menjadi motor penggerak pembangunan di desa-desa lain, khususnya di Kabupaten Sinjai,” tuturnya.

Ramly Usman, salah satu penerima manfaat program, menyampaikan rasa syukurnya atas peluncuran program ini.

“Program ini sangat membantu kami sebagai petani kopi. Kami berharap melalui Desa Berdaya, hasil panen kami bisa lebih optimal, produk UMKM lokal naik kelas, dan pendapatan masyarakat meningkat,” ucapnya.

Melalui Program Desa Berdaya, Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan bersama PLN Peduli berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan potensi desa secara berkelanjutan. Program ini juga sejalan dengan upaya mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), menciptakan dampak positif jangka panjang bagi masyarakat Desa Arabika. (Dompet Dhuafa)

BANDUNG, JAWA BARAT — Di tengah hijaunya pepohonan dan lahan pertanian yang subur, suara kicauan burung bersaut-sautan menembus sejuknya udara Lembang. Pada Jumat, 1 November 2024, puluhan peserta yang mengenakan pakaian hijau dengan rompi bertuliskan “MPZ Squad” tiba di Desa Tani, kawasan pemberdayaan ekonomi binaan Dompet Dhuafa.

Mereka adalah para peserta Capacity Building MPZ (Mitra Pengelola Zakat) Dompet Dhuafa yang datang untuk mengenal lebih dekat dengan implementasi dan manfaat zakat, infak, sedekah, dan wakaf (Ziswaf) melalui program pemberdayaan ekonomi di desa ini.

Sesampainya di Desa Tani, para peserta disambut oleh Tim Agroeduwisata Desa Tani Dompet Dhuafa. Salah satu yang turut menyambut adalah Dadan Khatiwa, atau yang akrab disapa Mang Dadan, Direktur Marketing Desa Tani.

Program Agroeduwisata Desa Tani merupakan bagian dari sub-usaha Koperasi Agrinative yang bertujuan untuk memperkenalkan dan mengkampanyekan cara bertani yang menyenangkan melalui pengalaman langsung di lapangan. “Kami ingin mengajak semua orang merasakan asyiknya bertani,” kata Mang Dadan

Para peserta Agroeduwisata Desa Tani Bandung mengikuti kegiatan seru sebelum mulai melakukan eksplorasi, Jumat, 1 November 2024.
Mang Dadan menjelaskan tentang Desa Tani Bandung dan segala tata kelola yang ada di dalamnya, Jumat, 1 November 2024.

Kegiatan diawali dengan penjelasan singkat mengenai sejarah dan perkembangan Desa Tani. Mang Dadan menjelaskan bahwa program Desa Tani ini mulanya hanya seluas 2,5 hektar, namun sejak tahun 2022 hingga kini telah berkembang menjadi 13 hektar. Seiring dengan perluasan lahan, jumlah penerima manfaat dan pendapatan mereka pun turut meningkat. Program Agroeduwisata sendiri pertama kali dicetuskan pada tahun 2018, berbarengan dengan berdirinya Desa Tani.

Setelah mendapatkan penjelasan, para peserta kemudian diajak untuk melakukan eksplorasi kawasan Desa Tani. Ada lima pos yang mereka kunjungi, di antaranya Rumah Semai, lahan tanam, Rumah Bunga, Greenhouse untuk panen tomat ceri, hingga Rumah Kemas.

“Pengunjung Agroeduwisata dapat melihat langsung seluruh proses yang dilakukan di Desa Tani, mulai dari pengolahan lahan, pembibitan, penyemaian, hingga merasakan sensasi panen,” ujar Mang Dadan.

Selain itu, pengunjung juga diajak untuk belajar mengenai standar pengolahan lahan yang diterapkan di Desa Tani, serta merasakan setiap tahapan dalam produksi pertanian yang ada di sana.

Para peserta Agroeduwisata berada di Pos 1: Rumah Semai Desa Tani, Jumat, 1 November 2024.
Para peserta Agroeduwisata berada di Pos 2: Lahan Tanam Desa Tani, Jumat, 1 November 2024.

Biasanya, peserta yang datang untuk mengikuti kegiatan Agroeduwisata sangat beragam, mulai dari anak-anak TK, SD, SMP, SMA, mahasiswa, hingga karyawan perusahaan, komunitas-komunitas pertanian, dan lembaga pemerintahan. Mang Dadan bahkan pernah menerima kunjungan dari Distrik Tembagapura, Papua, yang datang untuk belajar tentang pengelolaan pertanian di Desa Tani.

Pesan utama yang selalu ingin disampaikan oleh Desa Tani kepada setiap pengunjung adalah pentingnya ketahanan pangan. “Pangan adalah sumber kehidupan bagi masyarakat, dan itu berlaku sejak zaman peradaban manusia pertama kali muncul,” jelas Mang Dadan.

Ia juga berbagi pengalamannya selama masa pandemi Covid-19, di mana banyak sektor terhenti, namun petani justru menjadi tonggak utama ketahanan pangan. Menurutnya, potensi negara Indonesia sangat besar pada sektor pertanian. Maka sudah sepatutnya, masyarakatnya maksimalkan potensi itu.

“Potensi negara kita besar di sektor pertanian. Kenapa kita tidak memaksimalkan potensi itu?” ujarnya dengan semangat.

Para peserta Agroeduwisata berada di Pos 3: Rumah Bunga Desa Tani, Jumat, 1 November 2024.
Peserta Agroeduwisata berada di Pos 4: Greenhouse Desa Tani. Sekaligus berkesempatan melakukan panen buah tomat ceri, Jumat, 1 November 2024.

Program Agroeduwisata ini bertujuan untuk mengubah pandangan masyarakat tentang profesi petani, yang menurut Mang Dadan, adalah profesi yang sangat mulia. Ia dan segenap pengurus Desa Tani pun ingin menularkan semangat bertani kepada semua orang sekaligus meningkatkan harga serta derajat petani Indonesia.

Mang Dadan sendiri mulai tertarik dengan dunia pertanian sejak tahun 2002, saat ia baru lulus SMA dan tidak mampu melanjutkan kuliah karena keterbatasan biaya. Didukung oleh latar belakang keluarganya yang merupakan petani, ia memutuskan untuk terjun ke dunia pertanian dan menekuni bidang marketing pertanian.

Para peserta Agroeduwisata berada di Pos 5: Rumah Kemas Desa Tani, untuk menimbang buah tomat ceri yang telah berhasil dipanen, Jumat, 1 November 2024.
Para peserta Agroeduwisata dari MPZ Dompet Dhuafa berada di Gapura Balai Rakyat Indonesia (Desa Tani), Jumat, 1 November 2024.

“Kami ingin anak-anak kami juga bangga menjadi anak petani. Yang penting, mereka bisa menghargai dan memuliakan profesi petani,” kata Mang Dadan yang mengaku tidak memaksakan ketiga anaknya untuk mengikuti jejaknya.

Kegiatan Capacity Building bertajuk “Berdaya di Desa Tani” ini diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa untuk 40 peserta dari 14 MPZ Dompet Dhuafa Pusat, serta 20 MPZ dari cabang Banten dan Jawa Barat. Kegiatan berlangsung selama dua hari, dari Kamis, 31 Oktober hingga Jumat, 1 November 2024. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas MPZ dalam merancang dan menjalankan program pemberdayaan ekonomi, khususnya di bidang pertanian hortikultura. (Dompet Dhuafa)