Isu regenerasi petani menjadi semakin penting dibicarakan di tengah tantangan global. Data menunjukkan bahwa mayoritas petani Indonesia saat ini berada pada rentang usia 45–64 tahun. Sementara itu, minat generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian masih tergolong rendah. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: siapa yang akan melanjutkan tongkat estafet ketahanan pangan Indonesia di masa depan. Merespon isu tersebut, Indonesia Berdaya menyelenggarakan Webinar pada Kamis, 27/08/2025 bertajuk Generasi Muda dan Masa Depan Pertanian: Mengurai Tantangan Regenerasi Petani di Era Modern.
Webinar ini mengundang expertise pertanian nasional. Turut Hadir Dr. Miko Harjanti, S.E., M.S.E., M.A. selaku Project Manager Program YESS Kementerian Pertanian RI, Casdimin, S.P., M.Si. selaku General Manager PT. Karya Masyarakat Mandiri sekaligus sosiolog pertanian, dan Akhmad Otong Turmudi selaku petani muda pelaku usaha Jagasura Agrotama. Para pemateri berhasil menciptakan ruang untuk berbagi dan mengkaji permasalahan yang dialami para petani muda dan generasi muda dalam menghidupkan sektor pertanian di masa kini.
Diskusi ini menghasilkan beberapa point pembahasan yang diranngkum sebagai berikut :
Tantangan Regenerasi Petani
Regenerasi petani bukan hanya soal jumlah tenaga kerja di sektor pertanian, tetapi juga bagaimana pertanian mampu dipandang sebagai bidang yang bermartabat, modern, dan menjanjikan. Ada beberapa tantangan utama:
- Alih fungsi lahan yang terus terjadi sehingga mempersempit ruang generasi muda untuk mengakses lahan.
- Stigma sosial yang menganggap pertanian identik dengan kemiskinan.
- Keterbatasan akses permodalan dan teknologi, membuat usaha pertanian kurang menarik dibanding sektor lain.
- Kesenjangan pendidikan dan dunia kerja, di mana kurikulum pertanian belum sepenuhnya relevan dengan kebutuhan industri.
Peran Pemerintah: Program YESS
Kementerian Pertanian melalui Program YESS (Youth Entrepreneurship and Employment Support Services) berupaya menjawab persoalan regenerasi dengan menyiapkan pemuda agar mampu menjadi pekerja maupun wirausahawan pertanian. Program ini memberikan:
- Akses pelatihan dan pemagangan.
- Dukungan modal dan layanan bisnis.
- Fasilitasi akses pasar serta jaringan usaha.
- Peningkatan kapasitas lembaga pelatihan dan inkubator bisnis.
Hingga tahun 2025, lebih dari 316 ribu pemuda telah terlibat dalam program ini, baik sebagai job seeker maupun job creator. Data menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada jumlah wirausaha muda pertanian serta penciptaan lapangan kerja baru.
Perspektif Akademisi: Transformasi Sosial
Dari kacamata sosiologi pertanian, regenerasi bukan hanya soal menarik pemuda agar mau bertani, melainkan juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap pertanian. Akademisi menekankan pentingnya:
- Kampanye nasional untuk meningkatkan citra pertanian.
- Integrasi pendidikan pertanian di sekolah dan kampus.
- Insentif bagi agropreneur muda serta pelaku inovasi pertanian.
- Kolaborasi lintas sektor, termasuk dengan swasta dan komunitas.
Inspirasi dari Praktisi: Jagasura Agrotama
Kisah Jagasura Agrotama, yang didirikan pada 2020 oleh Akhmad Otong Turmudi, menjadi contoh nyata bagaimana anak muda mampu menghadirkan wajah baru pertanian. Berawal dari pemanfaatan lahan kosong di Tegal, kini Jagasura telah mengembangkan jejaring lebih dari 30 greenhouse di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.
Akhmad Otong Turmudi atau yang biasa dipanggil Mas Mudi, memiliki latar belakang pendidikan yang sama sekali tidak berkaitan dengan pertanian. Dengan latar pendidikan SMK Keteknikan, Mas Mudi mengaku merasa kesulitan untuk mendapatkan karir yang mapan di daerah tempat tinggalnya sebagai akibat dari persaingan dengan lulusan sarjana. Akhirnya, ia mencoba untuk berbudidaya melon dengan harapan itu bisa menjadi salah satu jalan karir terbaik untuknya. Dengan jatuh bangun dan terseok-seok, akhirnya ia berhasil menginisiasi berdirinya kebun melon hidroponik. Perlahan-lahan ia berhasil menjadi percontohan dan menggerakkan pemuda-pemuda di desanya untuk mengelola kebun melon hidroponik. Ini menunjukkan bahwa, keberadaan role model dikombinasikan dengan sentuhan teknologi dan bukti nyata praktik pertanian yang berhasil, dinilai mampu untuk menarik minat generasi muda agar lebih percaya diri untuk berkontribusi dalam pertanian.
Kini Jagasura tidak hanya fokus pada produksi komoditas hortikultura, tetapi juga mengembangkan konsep:
- Kolaborasi lahan dengan sistem sharing economy.
- Pelatihan dan farm class untuk generasi muda.
- Agrowisata edukatif, menggabungkan rekreasi dengan pembelajaran pertanian.
Visi yang dibawa adalah pertanian ramah lingkungan, berkelanjutan, dan mampu memberikan nilai ekonomi yang nyata bagi masyarakat.
Menuju Masa Depan Pertanian Indonesia
Dari diskusi ini dapat ditarik benang merah bahwa regenerasi petani membutuhkan sinergi antara kebijakan pemerintah, dukungan akademisi, dan inspirasi dari praktisi muda. Ada tiga langkah penting yang harus dilakukan:
- Dukungan Struktural: memastikan akses lahan, modal, dan perlindungan risiko bagi petani muda.
- Perubahan Mindset: menjadikan pertanian sebagai pilihan karir modern dan bergengsi.
- Teladan Nyata: menghadirkan kisah sukses petani muda sebagai motivasi generasi berikutnya.
Dengan point pembahasan dan langkah-langkah tersebut, diharapkan sektor Pertanian di Indonesia dapat terus tumbuh, berkelanjutan, dan siap menyongsong masa depan bersama generasi muda.