JAKARTA – Barangkali masih terdengar asing di telinga kita semua dengan istilah “Industri Komunal”. Tak heran, istilah ini memang jarang digunakan oleh khalayak publik. Masyarakat lebih mengenal istilah “Social Enterprise” atau perusahaan sosial–sebuah konsep bisnis dengan alokasi keuntungan yang diperuntukkan membangun dampak positif bagi sosial dan lingkungan.

Namun, tak seperti social enterprise yang hanya dimiliki oleh perorangan atau kelompok, justru titik berat industri komunal terletak pada kepemilikan serta pengelolaan sumber daya yang diserahkan dalam genggaman komunitas masyarakat.

Contoh terkecil dari industri komunal ialah koperasi. Mulai dari suplai bahan baku hingga pengelolaan sumber daya dilakukan oleh para anggota koperasi. Anggota koperasi memiliki peran ganda, yakni sebagai pemilik, penggerak juga pelanggan dari sebuah jasa koperasi tersebut.

Silih berganti waktu, Dompet Dhuafa menanam harapan bagi para mustahik dengan beragam bentuknya. Visi ini diperkuat melalui salah satu program dengan konsep industri komunal, yaitu IKON atau Industri Komunal Olahan Nanas yang berdiri di Desa Cirangkong, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Nanas dipanen oleh petani lokal.
Pengupasan nanas dilakukan oleh masyarakat lokal yang merupakan anggota koperasi.

Silih berganti waktu, Dompet Dhuafa menanam harapan bagi para mustahik dengan beragam bentuknya. Visi ini diperkuat melalui salah satu program dengan konsep industri komunal, yaitu IKON atau Industri Komunal Olahan Nanas yang berdiri di Desa Cirangkong, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Program yang merupakan bagian dari pengelolaan zakat produktif ini merupakan pabrik pengolahan buah (food processing management) pertama Dompet Dhuafa. Pabrik pengolahan itu diberi nama Rumah Industri Nanas (RISIN) yang didirikan pada 2018 lalu. Produknya yakni jus dan selai nanas.

Pada mulanya, kawasan tersebut memiliki lahan pertanian nanas yang potensial. Sayangnya tak disertai dengan pengelolaan yang mumpuni serta kondisi ekonomi petani dan masyarakat yang belum berkembang pesat.

Maka dari itu, Direktur Pemberdayaan Ekonomi Dompet Dhuafa, Ana Rahmawati menyampaikan program ini hadir bertujuan untuk menyerap Sumber Daya Manusia (SDM) di pedesaan; mengatasi rendahnya nilai tambah produk (nanas); meningkatkan distribusi nanas dari petani; serta membuka akses pemasaran bagi masyarakat lokal.

Hadirnya RISIN sebagai sebuah industri komunal membuat produksi dapat dilakukan dalam skala besar menggunakan teknologi, namun tetap tak menghilangkan peran masyarakat. Dompet Dhuafa melibatkan entitas masyarakat setempat untuk berdaya, mulai dari petani lokal hingga tenaga kerja di RISIN. Proses pengupasan dan pembersihan buah tetap dilakukan oleh warga di rumah-rumah pengolahan, kemudian buah yang sudah siap olah tersebut baru dikirimkan ke pabrik RISIN.

Dokumentasi pabrik ekstrak nanas atau Rumah Industri Nanas (RISIN) pada tahun 2019 silam.

Ana melanjutkan, upaya mendorong terwujudnya kemakmuran masyarakat khususnya di pedesaan juga dilakukan melalui kepemilikan saham RISIN yang akan dimiliki mayoritas oleh penerima manfaat atau mustahik.

“Poin dari industri komunal ini sendiri adalah sebuah pabrik yang pemiliknya adalah masyarakat atau yang dimaksud di sini para penerima manfaat (mustahik). Sebanyak 97 persen saham RISIN akan dimiliki oleh mustahik, tiga persennya Dompet Dhuafa. Karena Dompet Dhuafa juga harus melakukan pemeliharaan terhadap alat serta memantau profit agar program ini berlangsung dalam jangka panjang,” jelas Ana.

Hal ini tak terlepas dari tujuan agar para mustahik dapat berdaya. Supaya roda perekonomian, baik secara individu maupun komunitas, dapat terus bergerak dan melahirkan kebermanfaatan dalam jangka panjang. (Dompet Dhuafa)

SEMARANG — Indonesia Berdaya dan DD Jateng berkesempatan untuk menampilkan produk unggulan hasil dari program pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam acara yang digagas oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah yaitu Pekan Agro Digital dan Inovasi (PADI) pada 18–22 Juli 2025 di Agro Center Soropandan, Kecamatan Temanggung.

Indonesia Berdaya dan DD Jateng memperkenalkan produk-produk hasil program pemberdayaan yang telah dijalankan di berbagai wilayah Jawa Tengah, di antaranya:

– Sentra Jamur di Batang dan Sragen
– Teh Dieng Banjarnegara
– Kantin Kontainer Mobile
– Melon Premium di Tegal
– Pakan Ternak dan Pupuk DD Farm Jateng

Acara Pekan Agro Digital dan Inovasi (PADI) menjadi ajang untuk diskusi dan merancang solusi inovatif terkait dengan agenda pertanian berkelanjutan. Adanya forum ini juga diharapkan mampu menjadi wadah yang menginspirasi, memperkuat kolaborasi dan memacu pertumbuhan sektor pertanian kearah yang lebih modern, berdaya saing dan berkelanjutan.

Pimpinan cabang Dompet Dhuafa Jateng, Zaini, berdiskusi memperkanalkan ragam produk pemberdayaan ekonomi masyarakat kepada stakeholder pada Sabtu, 19/08/2025.
Pimpinan cabang Dompet Dhuafa Jateng, Zaini, mempresentasikan ragam program pemberdayaan ekonomi kepada mitra kolaboraksi, pemerintah, stakeholder, dan masyarakat pada Jumat, 18/07/2025.

Acara Pekan Agro Digital dan Inovasi (PADI) menjadi ajang untuk diskusi dan merancang solusi inovatif terkait dengan agenda pertanian berkelanjutan. Adanya forum ini juga diharapkan mampu menjadi wadah yang menginspirasi, memperkuat kolaborasi dan memacu pertumbuhan sektor pertanian kearah yang lebih modern, berdaya saing dan berkelanjutan.

Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Jateng, Zaini Tafrikhan, menyampaikan bahwa kehadiran Indonesia Berdaya dan DD Jateng dalam event ini merupakan bagian dari komitmen untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas pengelolaan ZISWAF yang telah dijalankan secara nyata dan berkelanjutan.

“Kami ingin menunjukkan kepada masyarakat dan stakeholder bahwa dana ZISWAF yang mereka titipkan dikelola dengan serius untuk membangun kemandirian umat. Produk-produk yang kami tampilkan ini merupakan bukti nyata dari program pemberdayaan yang kami jalankan bersama masyarakat,” jelas Zaini.

PADI Jateng 2025 menjadi momentum penting bagi Indonesia Berdaya dan Dompet Dhuafa Jateng untuk memperluas jejaring kolaborasi, membuka peluang pemasaran produk UMKM binaan, serta mengedukasi publik tentang potensi zakat dan wakaf produktif untuk pengembangan ekonomi masyarakat.

Masyarakat mengunjungi booth pameran program dan produk pemberdayaan ekonomi Dompet Dhuafa Jateng dan Indonesia Berdaya.
Zaini, pimpinan cabang Dompet Dhuafa Jateng dan Irvan, SPV Program Ekonomi Dompet Dhuafa Jateng, bertugas untuk mengenalkan produk dan program pemberdayaan pada 18-22 Juli di Agro Center Soropandan, Jawa Tengah.

Deputi Direktur 1 Program Pemberdayaan Dompet Dhuafa serta Sekertaris Yayasan Wirausaha Indonesia, Udhi Tri Kurniawan, menegaskan bahwa Indonesia Berdaya terus berikhtiyar untuk melahirkan portofolio program yang berkualitas dan menjadi rujukan dalam ekosistem pemberdayaan di Indonesia

“Indonesia Berdaya sebagai mitra pelaksana program ekonomi Dompet Dhuafa, berkomitmen untuk menguatkan ekosistem pemberdayaan di Indonesia. Bergandeng tangan dengan banyak pihak, turut menguatkan inovasi dan pengembangan metodologi pemberdayaan masyarakat, Ujarnya,” jelas Udhi.

Keikutsertaan Indonesia Berdaya dan Dompet Dhuafa Jateng dalam kegiatan Pekan Promosi Agribisnis & Digitalisasi Pertanian 2025 “PADI 2025” mendorong upaya memperluas dampak program pemberdayaan yang selama ini telah dilaksanakan. Melalui kegiatan ini, kami dapat memperkenalkan berbagai inisiatif baik dan produktif berbasis ZISWAF yang telah berhasil mendorong kemandirian petani. Keikutsertaan ini juga bisa menjadi ruang strategis untuk menyampaikan bahwa ZISWAF tidak hanya bersifat konsumtif.

SEMARANG — Sebagai bagian dari upaya memperluas dampak dan keberlanjutan program pemberdayaan masyarakat, Indonesia Berdaya bersama Dompet Dhuafa Jawa Tengah menginisiasi pembentukan Jaringan Mitra Pemberdayaandan Mitra Pengelola Zakat. Inisiatif ini dikemas dalam forum diskusi bertajuk “Penguatan Program Pemberdayaan dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan” yang digelar pada 09/07/2025 di Hotel Candi, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah masih menjadi tantangan besar. Dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 36 juta jiwa, ketimpangan sosial dan ekonomi, terutama di wilayah pedesaan dan pinggiran kota, masih sangat nyata.

Di sisi lain, potensi dana zakat, infak, dan sedekah (ZIS) yang sangat besar belum termanfaatkan secara optimal. Banyak program zakat yang masih bersifat konsumtif dan belum menyentuh akar persoalan struktural kemiskinan. Selain itu, minimnya sinergi antarlembaga menjadikan upaya pemberdayaan masyarakat berjalan sendiri-sendiri, kurang terkoordinasi, dan belum berdampak sistemik.

Suasana acara FGD jaringan mitra pemberdayaan & Pengelola Zakat pada 09/07/2025 di Hotel Candi, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Peserta FGD dari pemerintahan Jawa Tengah, memberikan gagasan terkait pengelolaan Zakat pada 09/07/2025 di Hotel Candi, Kota Semarang, Jawa Tangah.

Menjawab tantangan tersebut, Indonesia berdaya dan Dompet Dhuafa Jawa Tengah mempertemukan berbagai unsur penting—mulai dari pemerintah, sektor swasta, akademisi, lembaga sosial masyarakat (LSM), komunitas, hingga Mitra Pengelola Zakat dalam sebuah forum. Tujuannya tak sekadar mempertemukan, tetapi menciptakan ekosistem kolaborasi untuk menyatukan langkah dalam pemberdayaan masyarakat miskin dan rentan.

Dalam sambutannya, perwakilan dari Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, Dasiri, menekankan bahwa pengentasan kemiskinan tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja. “Dibutuhkan kolaborasi semua stakeholder, termasuk lembaga zakat, untuk menjangkau masyarakat yang belum terlayani,” ujarnya.

Dompet Dhuafa, yang telah bergerak di bidang kemanusiaan sejak 1993, hadir dengan pengalaman panjang dalam program pemberdayaan ekonomi di sektor pertanian, peternakan, perikanan, hingga UMKM. Di Jawa Tengah sendiri, Dompet Dhuafa telah menjalankan berbagai program di tiga titik utama: Semarang, Solo, dan Purwokerto. Namun, luasnya wilayah dan kompleksitas tantangan sosial membuat jangkauan tersebut perlu diperluas melalui kemitraan strategis.

Udhi Tri Kurniawan selaku Deputi Direktur 1 Program Pemberdayaan Dompet Dhuafa serta Sekertaris Yayasan Wirausaha Indonesia Berdaya membarikan gagasan terkait empowerment hub.
Peserta acara FGD Jaringan mitra pemberdayaan dan mitra pengelola zakat pada 09/07/2025 di Hotel Candi, Kota Semarang, Jawa Tengah

“Dompet Dhuafa ingin menjadi empowerment hub, yang menghubungkan komunitas dan kelompok rentan dengan sponsor atau pemberi dana, lalu memfasilitasi proses pendanaan, pelatihan, hingga pendampingan,” ujar Udhi Tri Kurniawan, Deputi Direktur 1 Program Pemberdayaan Dompet Dhuafa serta Sekertaris Yayasan Wirausaha Indonesia Berdaya.

Forum ini juga menjadi ruang untuk merumuskan empat fokus utama: memperkuat koneksi antarmitra, peningkatan kapasitas (capacity building), kolaborasi program, serta penyelarasan data dan sistem monitoring dampak. Di akhir forum, diharapkan terbentuk Rencana Aksi Kolaboratif, basis data awal mitra dan wilayah kerja, serta dokumentasi praktik baik dari masing-masing peserta.

Ketua Forum Zakat (FOZ) Jawa Tengah, Sidik Anshori, yang juga hadir sebagai narasumber, menyambut baik langkah Dompet Dhuafa ini. Ia berharap ke depan lahir lebih banyak inisiatif pemberdayaan yang tidak hanya menggugurkan kewajiban sosial, tetapi benar-benar berdampak bagi masyarakat.

Sekuruh peserta FGD Jaringan mitra pemberdayaan dan mitra pengelola zakat mengabadikan momen di penghujung acara.

Langkah awal ini diharapkan tidak berhenti pada forum semata. Jaringan Mitra Pemberdayaan yang terbentuk akan menjadi ujung tombak dalam mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, melakukan screening usulan program, dan menjalin koneksi ke berbagai sumber daya. Dompet Dhuafa akan menjadi pengelola utama dalam mengkurasi program, memastikan pendanaan, serta menyediakan pendampingan agar setiap inisiatif berjalan dengan optimal.

Dengan ekosistem ini, Dompet Dhuafa Jateng dan Indonesia Berdaya berharap pengentasan kemiskinan tak hanya menjadi wacana, tetapi bisa diwujudkan secara nyata, terukur, dan berkelanjutan di seluruh pelosok Jawa Tengah.

Lampung – Indonesia Berdaya berkolaborasi dengan Dompet Dhuafa Lampung, melakukan penyaluran dana zakat persembahan PT. SAN Putra Sejahtera berupa program Food Courd Nusa Daya di Masjid Imaduddin Tanggamus, kepada 15 penerima manfaat UMKM yang merupakan warga sekitar pada Jumat, 04/07/2025 di Rest Area Lintas Sumatera Masjid Imaduddin Tanggamus, Desa Way Kerap, Lampung.

Program ini digulirkan atas dasar potensi ekonomi di Masjid Imaduddin Tanggamus yang menjadi rest area bagi masyarakat yang melintas untuk melepas lelah. Setiap harinya, ratusan pengguna jalan mengunjugi tempat ini sehingga menjadi potensi besar untuk masyarakat sekitar khususnya UMKM dapat berwirausaha dan memberikan peningkatan pedapatan.

Ibu Halimah, penjual buah-buahan menawarkan daganganya kepada pengujung rest area  Masjid Imaduddin Tanggamus, Lampung.
Irawan penjual buah-buahan dan pop mie, melayani pembeli rest area  Masjid Imaduddin Tanggamus, Lampung.

“Alhamdulillah masyarakat Way Kerap penerima manfaat program Nusa Daya, berjualan di Masjid Tanggamus ini meningkat perekonomiannya. Setelah dibantu oleh Dompet Dhuafa, semakin bagus dan nyaman untuk pengunjung berbelanja disini.” ujar Irawan penerima manfaat UMKM program Nusa Daya

Indonesia Berdaya menjalankan program ini dengan fokus pada upaya penguatan usaha masyarakat melalui beberapa skema program yaitu penyediaan aset pendukung usaha, pemberian modal awal usaha, renovasi mikro tempat usaha di Rest Area Lintas Sumatra Masjid Imanuddin, Desa Way Kerap, Tanggamus, Lampung, dan peningkatan kapasitas penerima manfaat dalam berwirausaha dengan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan sehingga mereka dapat melakukan inovasi dan inisasi yang memastikan keberlanjutan usahanya.

Diskusi serta sosialisasi penyaluran dana Zakat dari PT. SAN Putra Sejahtera oleh Wawan selaku supervisor program ekonomi DD Lampung pada, 04/07/2025.
Simbolisasi penyerahan dana Zakat dari perwakilan Dompet Dhuafa yaitu wawan, kepada perwakilan penerima manfaat di Masjid Imaduddin Tanggamus pada Jumat, 04/07/2025.

“Dompet Dhuafa mengucapkan terima kasih kepada PT. SAN Putra Sejahtera atas program Nusa Daya di Masjid Tanggamus, Way Kerap, Lampung. Program ini sangat bermanfaat dan dibutuhkan oleh masyarakat sekitar untuk meingkatkan kesejahteraan ekonomi keluarganya. Semoga program ini terus berlanjut dan meluas sehingga nantinya semakin banyak lagi penerima manfaat yang dapat merasakan program ini,” ujar Wawan Supervisor program ekonomi Dompet Dhuafa Lampung.

Dompet Dhuafa bersama Indonesia Berdaya memastikan dana zakat persembahan dari PT. SAN Putra Sejahtera dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menggerakan perekonomian masyarakat kususnya di Way Kerap, Lampung, sehingga kesejahteraan hidup dapat tercapai di keluarganya. Kami bertekad menjadikan zakat sebagai instrumen strategis dalam membangun keadilan ekonomi serta memperkuat ketahanan sosial masyarakat Indonesia.

JAKARTA — Jelang menginjak usia ke-32 tahun, Dompet Dhuafa menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Memasuki Era Baru Zakat yang Berdampak Lebih Besar dan Berkelanjutan” pada Selasa (1/7/2025), di Sasana Budaya Dompet Dhuafa, Jakarta. FGD ini fokus mendorong mustahik bertransformasi menjadi pelaku industri yang berkelanjutan untuk merumuskan arah baru dalam pengelolaan zakat khususnya di bidang ekonomi produktif, melalui pengembangan model industri komunal. 

FGD ini juga dihadiri dan diikuti sejumlah tokoh penting dari kalangan pemerintah, akademisi,  LAZ, serta media, seperti Noor Achmad, Ketua BAZNAS Republik Indonesia, Jaih Mubarok, Guru Besar Hukum Islam UIN Sunan Gunung DjatiYudi Latif, Anggota Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Wildan Dewayana, serta Haryo Mojopahit, Managing Director IDEAS.

Selain itu, hadir pula para penanggap diantaranya Erick Yusuf, Wakil Ketua LSPBI MUI, Dewan Pembina MES DKJ, Mursida Rambe, Kepala KSPPS BMT MT Beringharjo dan Haidar Bagir, Dewan Pakar Dompet Dhuafa. 

Situasi ekonomi nasional yang tengah mengalami tekanan, ditandai dengan maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK), terbatasnya lapangan kerja, serta meningkatnya angka kemiskinan, menjadi latar belakang utama digelarnya diskusi ini. 

Srikandi Dompet Dhuafa tampil sebagai pembuka Focus Group Discussion, sebagai bentuk dukungan bahwa Dompet Dhuafa ramah budaya, pada Selasa, (1/7/2025).
Dompet Dhuafa menggelar Focus Group Discussion “Kolaborasi Pengelolaan Zakat untuk Pembangunan Ekonomi Umat” dalam rangkaian milad ke-32, pada Selasa (1/7/2025), di Sasana Budaya Dompet Dhuafa, Jakarta.

Sebagai lembaga filantropi Islam yang telah berkiprah selama lebih dari tiga dekade, Dompet Dhuafa merasa perlu mengambil peran lebih signifikan melalui penyaluran zakat dalam bentuk program-program ekonomi yang berdampak nyata. 

Untuk menjawab tantangan tersebut, Dompet Dhuafa memperkenalkan sebuah gagasan baru bernama Dompet Dhuafa Goes Communal Industry, yaitu model industri yang dimiliki dan dikelola oleh para mustahik. Gagasan ini merupakan bentuk implementasi zakat produktif yang lebih “advance”, dengan mengedepankan konsep kepemilikan bersama dan pemberdayaan komunitas berbasis industri.

Ahmad Juwaini sebagai Ketua Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa Republika dalam sambutannya pada Focus Group Discussion “Kolaborasi Pengelolaan Zakat untuk Pembangunan Ekonomi Umat” dalam rangkaian milad ke-32 Dompet Dhuafa, pada Selasa (1/7/2025).

“Dalam pengelolaan program, kita sudah saatnya bergeser ke orientasi pemberdayaan jadi komunal industri adalah industri yang dimiliki bersama oleh komunitas yang di dalamnya terjadi kerjasama untuk meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan dalam hal ini yang kami maksud komunitas itu adalah mustahik, bagaimana caranya kita mulai bergerak ke level pemberdayaan di orientasi industri,” kata Ahmad Juwaini sebagai Ketua Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa Republika, dalam sambutannya.

Dalam fase ini, pendekatan pemberdayaan dilakukan dengan mengusung semangat filantropreneur, sebuah istilah yang memadukan nilai-nilai filantropi dan kewirausahaan. Pendekatan ini diyakini sebagai langkah strategis untuk memaksimalkan pemanfaatan zakat, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar para mustahik, tetapi juga untuk mendorong kemandirian mereka secara ekonomi. 

Parni Hadi turut meresmikan Dompet Dhuafa memasuki era baru pemberdayaan zakat yaitu industri komunal, pada Selasa, (1/7/2025).

“Dompet Dhuafa sudah memasuki era filantropreneur, filantropi dan entrepreneurship digabung, tapi lengkapnya profetik, sociotechnopreneurship, ini bukan sekedar menghimpun dana, tapi bagaimana lembaga filantropi islam yang berkhidmat dengan pemberdayaan kaum dhuafa dengan pendekatan budaya, dengan pembiasaan,” imbuh Parni Hadi, Inisiator dan Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa.

Diskusi interaktif dari para peserta pada Focus Group Discussion “Kolaborasi Pengelolaan Zakat untuk Pembangunan Ekonomi Umat” dalam rangkaian milad ke-32 Dompet Dhuafa, pada Selasa (1/7/2025).

Di sisi lain, pengelolaan dana zakat pun diarahkan untuk semakin mengedepankan prinsip efisiensi dan efektivitas, sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada para muzakki. Dengan semangat ini, Dompet Dhuafa berkomitmen untuk terus memperkuat peran filantropi dalam pengelolaan masyarakat dan pengembangan dana sosial secara lebih berkelanjutan.

“Sudah saatnya kita berperan yang sifatnya bukan sekedar karitatif yang sekedar sehingga kita perlu yang spiritnya filantropreneur tadi memberdayakan,” sambung Ahmad Juwaini.

Parni Hadi turut meresmikan Dompet Dhuafa memasuki era baru pemberdayaan zakat yaitu industri komunal, pada Selasa, (1/7/2025).

Seperti Industri Komunal Olahan Nanas (IKON) yang merupakan terobosan ekonomi berbasis zakat produktif yang digagas oleh Dompet Dhuafa dan berada di Subang, Jawa Barat. Inisiatif ini menghadirkan model industri komunal. Sebelumnya, buah nanas dari daerah ini hanya dijual mentah ke pasar tradisional. Namun melalui IKON, nanas diolah menjadi dua produk bernilai tambah, yaitu selai dan konsentrat nanas. Kedua produk ini tidak hanya menyasar pasar industri dalam negeri, tetapi juga pasar ekspor, sehingga membuka peluang ekonomi yang lebih luas bagi para mustahik sebagai pelaku usaha sekaligus pemilik industri.

Ketua Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia, Noor Ahmad menyampaikan gerakan ini perlu dirumuskan bersama, sejalan dengan aspirasi pemerintah dalam upaya pengentasan kemiskinan, khususnya kemiskinan ekstrem. Sudah saatnya bergotong royong menciptakan jalan agar para fakir miskin dapat bertransformasi menjadi muzakki. Dengan kolaborasi antar-LAZ, potensi pemberdayaan akan semakin besar

“Memang perlu kita perhatikan bersama-sama, bagaimana seorang fakir muslim ini kemudian bisa terlepaskan, bagaimana pemberdayaan itu bisa kemudian moving of mustahik kemudian menjadi muzakki, ada satu pergerakan juga ada perubahan juga dari seorang mustahik menjadi muzakki,” ujar Noor Ahmad melalui video konferensi secara daring. 

Waryono Abdul Ghofur selaku Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama Republik Indonesia mengatakan kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak menjadi penting dalam menjalankan industri komunal.

Sejalan dengan hal tersebut, untuk menguatkan gerakan ini kata Waryono Abdul Ghofur selaku Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama Republik Indonesia perlu peta (roadmap) yang lebih jelas lagi terkait industri komunal. 

“Kita perlu berbagi tugas sehingga tidak overlapping bagaimana negara hadir dan lembaga juga hadir, kolaborasi adalah sebuah keniscayaan, LAZ Nasional itu memang harus menguatkan kolaborasi dan berbagi tugas. Sehingga fasilitasi kepada orang-orang miskin itu dari hulu sampai hilir,” ujar Waryono. 

Haidar Bagir, Dewan Pakar Yayasan Dompet Dhuafa Republika (YDDR) turut hadir dan memberikan gagasan aspirasi pada gelaran tersebut.

Dompet Dhuafa menyampaikan harapan agar kegiatan ini menjadi titik tolak sinergi dan inovasi lintas lembaga dalam memaksimalkan potensi zakat. Bukan hanya sebagai bantuan konsumtif, tetapi sebagai modal produktif yang mampu menggerakkan perekonomian mustahik menuju kemandirian. Dompet Dhuafa bertekad menjadikan zakat sebagai instrumen strategis dalam membangun keadilan ekonomi serta memperkuat ketahanan sosial masyarakat Indonesia.

SUBANG, JAWA BARAT — Sebuah bangunan kokoh berdiri di pinggir jalan utama Desa Cirangkong, Kecamatan Cijambe, Subang. Luasnya mencapai 1.000 meter persegi di atas lahan 2.000 meter persegi. Di dalamnya, puluhan pekerja lokal sibuk mengolah tumpukan buah nanas segar menjadi ekstrak jus dan selai berkualitas. Inilah Industri Komunal Olahan Nanas, atau dikenal sebagai IKON, sebuah terobosan ekonomi berbasis zakat produktif yang digagas oleh Dompet Dhuafa.

Dengan kapasitas pengolahan hingga 10 ton nanas segar per hari, IKON mampu menghasilkan 2,5-3 ton selai atau puree dan 1-2 ton konsentrat setiap harinya. Program ini bukan sekadar kegiatan industri, melainkan inisiatif pemberdayaan masyarakat yang menyatukan semangat wakaf, zakat, dan inovasi pertanian.

Industri berteknologi unggulan karya anak bangsa yang mampu mengolah berbagai komoditas buah-buahan dan hortikultura seperti nanas,  mangga, stroberi, ubi, singkong dan cabe menjadi selai, pasta dan jus konsentrat.

Seorang petani nanas binaan Dompet Dhuafa sedang melakukan panen nanas untuk IKON.
Proses panen nanas untuk IKON.

Sudah sejak lama, Kabupaten Subang dikenal sebagai tanahnya nanas. Hamparan kebun nanas terbentang sejauh mata memandang, menandakan bahwa Subang memang kaya akan potensi pertanian. Namun ironisnya, kekayaan itu belum cukup membuat petaninya hidup sejahtera.

Ketika panen raya tiba, justru banyak petani yang cemas. Harga nanas jatuh karena melimpahnya pasokan, dan para tengkulak kerap memanfaatkan situasi. Tak ada gudang penyimpanan yang layak, tak ada akses langsung ke pasar besar. Petani terpaksa menjual cepat agar buah tidak membusuk, walau dengan harga jauh di bawah harapan.

“Kadang hasil panen tak cukup untuk menutup ongkos tanam. Kalau sudah begitu, yang ada malah rugi,” ungkap Ade Suherlan, salah satu petani nanas.

Kondisi seperti ini bukan cerita baru. Ia berulang setiap tahun, dan menjadi lingkaran yang sulit diputus. Petani tetap menanam karena tak ada pilihan lain. Mereka pasrah pada sistem yang timpang, pada harga yang tak mereka kendalikan.

Ibu-ibu sedang membersihkan lahan nanas.
Proses pemilahan dan pengupasan nanas segar sebelum masuk IKON.

Di tengah situasi yang memprihatinkan ini, Dompet Dhuafa datang membawa harapan. Tahun 2014, lembaga filantropi ini membebaskan lahan seluas 10 hektar di Desa Cirangkong sebagai bagian dari program wakaf produktif. Lahan itu ditanami nanas dan sebagian dijadikan sebagai lokasi peternakan domba.

Namun, program ini tak berhenti pada pertanian. Dompet Dhuafa melihat satu peluang besar yang selama ini terlewatkan, yaitu bagaimana jika nanas tak hanya dijual sebagai buah mentah, tetapi diolah menjadi produk bernilai tambah seperti jus dan selai?

Gagasan ini perlahan-lahan diwujudkan. Butuh waktu, tenaga, dan komitmen. Hingga akhirnya, pada Kamis, (26/06/2025), pabrik pengolahan buah bernama IKON ini mulai beroperasi. Pabrik pertama Dompet Dhuafa di sektor food processing ini mampu mengolah hingga 10 ton nanas segar setiap harinya.

Begitu pagi menjelang, mobil-mobil bak terbuka mulai berdatangan dari kebun, membawa muatan penuh nanas. Nanas-nanas yang telah dikupas dan dibersihkan ditimbang satu per satu, lalu dimasukkan ke mesin pemeras. Di ruang produksi, deru mesin terdengar seperti lagu industri yang terus berdetak.

Proses pengolahan nanas di IKON.
Proses pengolahan nanas di IKON.

Beberapa ruang dipisahkan oleh dinding dan mika, menjaga kebersihan dan standar produksi. Di sana, nanas-nanas dipisahkan antara sari dan kuenya. Sari nanas diolah menjadi ekstrak jus, sementara cake-nya dijadikan sebagai selai. Hampir tak ada yang terbuang.

Hasil akhir dikemas rapi di ruang pengemasan. Setelah itu, produk disimpan di gudang pendingin, siap dikirim ke industri lain yang akan melanjutkan prosesnya.

“Produk akhir kami sampai pada tahap ekstrak jus dan selai. Nantinya, industri lain yang akan melanjutkan ke tahap distribusi konsumen. Kami sudah punya mitra pasarnya,” jelas Kuswolo, Manajer Operasional IKON.

Produk akhir kemasan selai nanas IKON.
Ade Suherlan, salah satu petani nanas, melakukan panen nanas di kebunnya.

Hal yang membuat IKON istimewa bukan hanya hasil produksinya, tetapi juga semangat yang melandasinya. IKON adalah sebuah konsep industri komunal, di mana mayoritas kepemilikan saham, yaitu sebesar 97 persen dipegang oleh masyarakat penerima manfaat, atau mustahik. Dompet Dhuafa hanya memiliki 3 persen untuk keperluan perawatan mesin dan pemantauan keberlanjutan program.

Artinya, para petani tak hanya menjual nanas. Mereka adalah ‘pemilik’ pabrik. Mereka ‘memiliki’ saham. Mereka ikut menikmati hasil usaha.

Dompet Dhuafa juga membentuk koperasi lokal yang bertugas menyortir dan menyeleksi buah yang layak masuk industri. Warga dilibatkan sebagai tenaga kerja di industri, setelah melalui pelatihan dan asesmen keterampilan. Semua berjalan dalam semangat kolaborasi, transparansi, dan pemberdayaan.

IKON bukan hanya bangunan dengan mesin-mesin modern. Ini adalah simbol perubahan. Ini membuktikan bahwa zakat dan wakaf bukan hanya untuk konsumsi, tetapi juga bisa jadi penggerak ekonomi jangka panjang. IKON ingin mendorong petani mampu mandiri, bahwa masyarakat bisa mengelola industrinya sendiri. IKON membangkitkan rasa percaya diri. Mereka, warga desa yang dulu hanya berada pada hulu penyuplai hasil panen, kini memiliki industri hilirnya sendiri.